Akhir-akhir ini sering sekali kita temukan banyak kader-kader organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia saling menghujat dan saling menjelekkan antar kader, seperti kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Padahal pada dasarnya, garis perjuangan semua organisasi yang saya sebutkan itu sama. Sama-sama bergerak dalam kemahasiswaan dan keislaman. Inilah realitas perkembangan kader-kader sekarang.

Banyak kader-kader kita kurang memahami sejarah terbentuknya PMII, IMM dan KAMMI. Saya bukan cakap sombong, dan mengagung-agungkan HMI sebagai tempat saya berproses. Akan tetapi, dalam sejarahnya PMII, IMM dan KAMMI semuanya lahir dari rahimnya HMI.

Maka dari itu, kita sangat bangga kepada kanda Mahbub Djunaidi (pendiri PMII), Amien Rais (pendiri IMM) dan Fahri Hamzah (pendiri KAMMI), karena telah mampu mendirikan organisasi sendiri setelah lama digodok di kawah candradimuka HMI yang merupakan induk dari organisasi mahasiswa Islam di indonesia. Berkat kalian, nilai nilai HMI yang meliputi segala aspek bidang keagamaan, sosial, ekonomi, intelektual, politik dan gerakan mahasiswa dapat tersalurkan secara kaffah, mereka besar karena berproses di HMI. Untuk generasi hari ini, di mana pun Anda berproses itu sama. Saling menghujat dan mengatakan dialah organisasi paling benar itu tidaklah sifat seorang kader HMI, PMII, IMM da KAMMI. Kita semua saudara, seperti kata ajaran Islam: Setiap Muslim itu bersaudara.[]

Medan, 28 September 2017.
_____________________

Klarifikasi

Dua tahun lalu (28/9/2017) tulisan singkat ini saya tulis. Tulisan ini bukan bermaksud membenturkan historis organisasi-organisasi mahasiswa Islam terbesar (HMI, PMII, IMM dan KAMMI). Akan tetapi, maksudnya tulisan ini adalah bentuk keresahan karena kita yang berada di ormawa Islam, tidak sedikit saling "menghujat" sehingga terjadi konflik horizontal antar kita. Padahal, kondisi ummat saat itu sangat membutuhkan sentuhan intelektual-intelektual muda yang lahir dari HMI, PMII, IMM, dan KAMMI. Alhasil, apa yang saya pikirkan terjadi beberapa hari ini. Kita semua sangat susah untuk dikumpulkan demi kepentingan ummat. Terkesan kita bergerak masing-masing, padahal kita punya akar sejarah yang sama, sejarah kebangsaan (ummat), keislaman dan keindonesiaan.

Mungkin cara penulisan di atas tidak sebaik para penulisan sejarah, sehingga mengandung data yang salah. Tidak memaparkan tahun atau data-data serta sumber-sumber yang sangat orisinal.

Lewat tulisan di atas juga, walau banyak sekali mengandung kesalahan. Saya berterimakasih atas komentar-komentar yang masuk, sehingga pemahaman dan pengetahuan dapat bertambah. Sebenarnya sudah lama ini komentari oleh kawan-kawan berbagai organisasi, tetapi ini menjadi perbincangan kembali karena telah di upload oleh salah satu akun IG dari kawan-kawan HMI.

Ternyata, tidak hanya lain organisasi yang mengkritik dan meminta pendapat langsung dari saya sebagai penulis opini dua tahun yang lalu. Dari kalangan HMI juga ikut meluruskan beberapa kesalahan yang ada di dalam tulisan singkat atau tulisan yang tak sempurna itu.

Akhir kata, saya ucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan di dalamnya tanpa menghapus tulisan aslinya. Alasannya, supaya kawan2 yang belum membaca dapat melihat di mana letak kesalahannya. Saya selaku penulis opini menerima kritik dan pelurusan atas tulisan di atas. Tulisan di atas tidak mengandung seratus persen, tapi bukan berarti tidak ada kebenaran di dalamnya. Yang benar, silahakan diambil, dan yang salah silahkan di tinggalkan.

Ucapan selanjutnya adalah ucapan terimakasih pada kawan-kawan yang telah mengkritik dan meluruskan tulisan singkat di atas. Komentar-komentar di bawah tulisan ini sangat penting untuk dibaca, walau terjadi perdebatan di dalamnya.

Akhir kata, mohon maaf pada kawan2 yang tidak menyepakati tulisan ini tanpa harus menghapuskannya sebagaimana maksud yang saya tulisankan tadi. Kepada kawan2 yang mengetahui sejarah sebenarnya, dipersilahkan membuat tulisan atau berdiskusi lebih ilmiah lagi. Melengkapi data-data dan meluruskan data yang salah. Kiranya, maksud tulisan di atas dapat dipahami.

Klarifikasi ini saya tuliskan sebagai bentuk kedangkalan wawasan saya dua tahun yang lalu. Sebenarnya sudah sempat saya lupakan. Hehehee... entah kenapa buming lagi. Tapi, terimakasih juga pada pemilik akun IG @hmibergerak karena menguploadnya lagi, sehingga saya baru teringat dengan kedangkalan wawasan sejarah saya dua tahun yang lalu, walau semua tidak salah.

Dan sepertinya saya harus banyak ngopi, membaca sejarah lagi, serta banyak berdiskusi lintas organisasi. Untuk itu juga tulisan ini saya klarifikasi juga judulnya menjadi HMI 'Induk' Dari PMII, IMM dan KAMMI. Kata "Induk" saya tuliskan dalam tanpa kutip. Terserah pada kawan-kawan untuk menafsirkannya. Jika ini masih salah juga, berarti saya serba salah. Hehehe... Tak apa, supaya sahaya terus belajar. Terimakasih.

Medan, 13 Oktober 2019.