Tulisan
sederhana ini bukanlah bermaksud ingin membahas tuntas dengan lugas tentang
Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (NDP HMI). Rasanya juga belum
pantas dan cerdas untuk mengais isi-isi NDP tersebut, sekalipun saat ini materi
NDP menjadi spesialis saya dalam Training
LK I HMI Cabang Medan. Saya masih memerlukan proses dan memusatkan pikiran
dengan fokus agar dapat mengulasnya dengan jelas dan lugas.
Tulisan
ini hanya sebagai “catatan kaki” dalam memberikan motivasi untuk terus belajar
dan menjadikan NDP lebih menarik dan lebih nikmat bagi setiap kader HMI, terkhususnya
diri saya pribadi. Ada suatu mitos di tubuh HMI sendiri, ada yang berpandangan
bahwa NDP adalah materi yang bersifat sakral, hanya orang-orang tertentu yang
membawakannya. Banyak sekali kader-kader HMI atau bahkan Instruktur HMI merasa
tidak pantas untuk menyampaikannya isi dalam Training-Training HMI.
Cara
pandang seperti yang disebutkan di atas wajib dibuang jauh-jauh ke tong sampah.
Materi pembahasan NDP yang disusun oleh Cak Nur and Team yang dipilih lewat Kongres IX HMI di Malang adalah materi
pembahasan yang tidak jauh berbeda dengan materi-materi pembahasan lainnya,
seperti Sejarah Perjuangan HMI, Konstitusi HMI, dan Mission HMI. Perbedaannya
hanya bagaimana pemahaman atau wawasan keislamannya yang memusatkan pemikiran dalam ideologi,
sosiologi, filosofi dan aspek lainnya
saja yang lebih ditekankan. Toh
yang menyusun NDP adalah manusia, kenapa takut atau merasa tidak sanggup untuk
membawakannya dalam pelatihan HMI. Sedangkan Al-Qur’an saja ditafsirkan oleh
manusia, yang tidak luput dari ke-khilafan.
Materi-materi
pembahasan NDP yang direduksi dari sebagian ayat-ayat Qur’an sangat nikmat
sekali untuk “diseruput”. Pembahasan NDP, baik dalam suhu “dingin” maupun suhu
“panas” masih tetap nikmat rasanya.
Pada
saat menyampaikan materi NDP di LK I HMI Cabang Medan, sering saya sampaikan
bahwa di NDP HMI tidak ada dan tidak akan membicarakan yang sifatnya fiqh dan atau tidak membicarakan
aliran-aliran fiqh yang dianut oleh setiap Muslim, seperti bagaimana tata cara
shalat, wudhu, shalat jenazah, puasa, haji, nikah dan yang lainnya. Urusan fiqh
dan mazhab, itu dikembalikan kepada
masing-masing kader HMI. Karena di HMI, kader-kadernya banyak berasal dari
latar belakang keluarga golongan Islam di Indonesia yang berbeda. Ada dari keluarga
Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al-Wasliyyah, bahkan ada dari kalangan
Syi’ah dan golongan umat Muslim lainnya.
Di
HMI tidak mengenal dan tidak memandang
dari sekte mana kader tersebut berasal. Selagi dia mahasiswa Muslim, dan dia tidak
dipandang dari kampus mana berasal, apakah dia dari kampus yang Islami dan
kampus sekular. Masing-masing kader atau anggota mempunyai hak dan kewajiban di
HMI, sesuai dengan status keanggotaannya. Tujuan di HMI telah digariskan oleh
kader-kader HMI dalam Anggaran Dasar (AD) HMI dan itulah yang akan diwujudkan
oleh HMI.
Ada
juga kader-kader kita temukan yang berpersfektif, setiap kali mendengar kata NDP,
dalam pikirannya pati membahas tentang Tuhan. Padahal bukan itu saja
materi-materi pembahasan yang ada di dalam “secangkir KOPI (Konsentrasi
Pikiran)” NDP tersebut.
Seluruh
pembahasannya pun begitu menarik dan begitu nikmat untuk “diseruput” baik
secara tekstual maupun kontekstual oleh hati dan Akal pikiran kita.
Menikmatinya bukan hanya sekedar menikmati di atas kertas, tapi dia harus
dipraktikkan dalam aktivitas demi menuju tujuan HMI dan menjadikan kader-kader
yang berkualitas keimanan, keilmuan dan amal shaleh.[]
Penulis: Ibnu Arsib LU
Instruktur HMI Cabang Medan.
0 Komentar