Semakin kukuatkan niat ini, semakin kuat pula ujian dan
cobaannya. Apa yang menjadi pilihanku terbawa ke alam bawah sadar ketika saat
memejamkan mata.
Dunia teori memang sangat berbeda dengan dunia nyata. Aku
merasakan dalam dunia nyata, pikiran dan raga kita dipaksa secara kasar. Sedangkan
di dunia teori dipaksa secara halus. Plus-minusnya memang ada. Dalam dunia
teori kehidupan lebih ideal, tapi dalam dunia nyata, kehidupan lebih keras dan
praktis.
Niat dan ujian tidak pernah berpisah. Ingin hidup seperti
dunia teori, ternyata ujiannya ada dalam dunia nyata. Memang mereka tidak
pernah berpisah.
Hari ini aku kuatkan niatku untuk belajar, akan tetapi
terkadang ujian untuk malas belajar datang tiba-tiba. Ruang kuliah serasa
seperti jeriji besi. Apa yang dikatakan dosen benar semua, tapi aku tidak
merasakan itu kebenaran. Aku merasakannya hanya normatif belaka. Untuk apakah
kita belajar? Apakah untuk nilai atau untuk mencari solusi permasalahan yang
mencekik manusia saat ini.
Hari ini aku teguhkan niat untuk beribadah dengannya, aku
pun mengalami ujiannya lagi. Boleh jadi ini menurutku tidak baik, tapi baik
menurut yang membuatnya, Allah Swt.
Niat dan ujian memang tidak dipisahkan. Kita merasakan
bahwa niat itu ada ketika ada ujiannya. Begitu juga dengan cinta. Cinta dalam
konotasi suci, bukan cinta dalam konotasi nafsu.
Medan, 12 Oktober 2017
Kolom Ibnu Arsib
0 Komentar